Salah Sambung
Ini adalah cerita horor tentang seorang wanita yang sangat sayang
terhadap anak tunggalnya. Hingga suatu hari, ada sebuah tragedi yang
merenggut nyawa anaknya. Ia mengalami tekanan yang sangat hebat setelah
kejadian tersebut. Tetapi ada sebuah misteri yang tersembunyi dibalik
kejadian itu. Apakah itu?
Suatu hari, seorang wanita bernama Theresa akan mulai memasak makan
malam ketika disaat bersamaan anaknya tiba dirumah setelah seharian
bersekolah.
"Selamat datang sayang," sambut Theresa pada anaknya. "Bagaimana jika kau membantuku memasak makan malam?"
"Tentu," ucap anak itu. Ia menghampiri Theresa Dan mencuci tangannya sebelum memilah sayuran.
"Apa yang akan kita masak, Bu?"
"Kita akan memasak sup sayuran dan daging," jawab Theresa.
"Ambil panci dan didihkan airnya, Ibu akan menelepon tukang daging agar
mengantar daging yang telah ku pesan sekarang," perintah Theresa kepada
anaknya.
"Baik, bu" Jawab anaknya.
Theresa keluar dari dapur dan mengambil ponselnya yang ada dikamarnya.
Ia menekan nomer telepon dan menempelkan ponsel itu ke telinganya.
Ia menunggu beberapa saat hingga seseorang menjawab panggilannya.
"Halo?" ucap seseorang wanita diseberang sana.
"Theresa Kingman berbicara, bolehkah aku berbicara dengan tuan Wilbert sang penjual daging?"
Theresa tidak mendengar jawaban dari wanita tersebut. Setelah beberapa
lama, ia mendengar isak tangis samar dari wanita tersebut. Theresa
sangat dibuat bingung karenanya.
"Maafkan aku, mungkin aku salah sambung."
Theresa berniat menutup panggilannya ketika wanita diseberang sana berteriak secara tiba-tiba.
"Tunggu!"
Theresa mendengarkan ponselnya kembali.
"Aku mohon.. Tolong.. Selamatkan.."
Sebelum wanita itu dapat menyelesaikan kalimatnya, Theresa terkejut
karena mendengar suara ledakan dari arah dapur. Ia langsung berlari
meninggalkan ponselnya. Didalam hatinya ia berdoa agar tidak terjadi
apa-apa terhadap anaknya.
Sampai didepan pintu dapur, asap hitam pekat sudah memenuhi seisi dapur.
Theresa terus memanggil nama anaknya tetapi tidak ada jawaban dari
anaknya. Dia terus masuk menembus kepulan asap hingga kakinya menyentuh
sesuatu. Ketika ia melihat apa yang ada di dekat kakinya. Ia sungguh
terkejut karena itu adalah mayat anaknya.
Kondisinya sangat mengenaskan. Hampir diseluruh tubuhnya terdapat luka
bakar dan seluruh wajahnya tertutup dengan bekas menhitam dari ledakan
tersebut.
Di hari selanjutnya, setelah memakamkan jenazah anaknya. Ia mendapat
berita dari kepolisian, bahwa kejadian itu adalah murni kecelakaan.
Terdapat kebocoran dari tabung gas dan ketika anaknya menyalakan kompor
untuk memasak air. Pemantiknya menyulut gas dan menyebabkan ledakan.
Theresa dan suaminya sangat terpukul dengan kejadian itu. Tak satu pun
dari mereka bisa menerima hilangnya anak tunggal mereka tercinta.
Seiring berjalannya waktu, mereka memutuskan untuk bercerai. Mereka
menjual rumah mereka dan membeli rumah mereka sendiri-sendiri.
Lima tahun kemudian, Theresa duduk sendirian di rumah barunya, menonton
TV ketika dia mulai berpikir tentang kematian anaknya. Dia tidak bisa
percaya bahwa dia telah pergi selama 5 tahun.
Tiba-tiba, ponselnya bergetar. Dia melompat dari kursinya, berjalan menuju ke meja didekatnya dan menyambar ponselnya.
"Halo?" Theresa menjawab panggilan itu. Dan diia mendengar jawaban dengan suara yang sangat familiar baginya.
"Theresa Kingman berbicara, bolehkah aku berbicara dengan tuan Wilbert
sang penjual daging?" Theresa sangat terkejut. Ia tidak bisa berbicara.
Tiba-tiba ia merasa bahwa air mata turun dari pipinya dan ia menangis.
"Maafkan aku, mungkin aku salah sambung."
"Tunggu!" Theresa berteriak. Ia mengambil nafas dalam-dalam dan berbicara.
"Aku mohon.. Tolong.. Selamatkan.."
Theresa belum selesai mengucapkan kalimatnya dan terdengar suara ledakan
yang keras dari seberang telepon. Dan sambungan telepon itu langsung
terputus.
"Aku mohon, tolong selamatkan dia dari ledakan itu!" Theresa berteriak dengan sekuat tenaga.
Dia mencoba menelepon nomor itu lagi dan lagi, tapi yang ia dapat hanya
pesan rekaman yang mengatakan bahwa nomor itu tidak lagi dalam pelayanan.
0 komentar:
Posting Komentar