Rabu, 06 Januari 2016

Pieces Of Finger

Pieces Of Finger

Seorang Wanita tua bernama Mrs. Jenkins tampak begitu berduka, matanya yang sudah kabur begitu terpukul memandang Ben suaminya yang kini ada di depanya, terbaring di atas peti.
Ben adalah suami yang baik. Setiap kenangan terniang indah dalam pikiran wanita tua malang itu. Ingin mengenang Suaminya. Mrs. Jenkins mencoba memotong jari manis suaminya Ben, sebagai tanda, bahwa jari itu adalah jari penuh kenangan saat mereka melakukan janji suci bersama.

Setelah Pemakaman dan semua orang mulai meninggalkan pemakaman Ben yang malang. Mrs. Jenskin memilih mengurung diri di dalam kamar. Mengenggam erat potongan jari itu yang terbungkus oleh sapu tangan yang penuh kenangan. 
Hingga, suara pintu berderit. Angin dingin tiba-tiba datang. Mrs. Jenskins memekik dalam kengerian, dirinya yakin baru saja mendengar suara pintu terbuka. Sedikit sesal kenapa dia menolak ajakan salah satu saudaranya yang menawarkan dirinya untuk menginap selama dia berkabung.

Mrs. Jenkins mulai mendengar langkah kaki menghentak di anak tangga. Semakin yakin. Langkah kaki itu menyerupai langkah kaki suaminya Ben yang sudah meninggal. Bagaimana dia melangkah dengan menghentakkan kakinya. 
Beberapa saat, suasana menjadi mencekam dalam keheningan. Suara pintu kamar Mrs. Jenkins mulai berderit. Dan langkah kaki itu terdengar semakin jelas menuju ke arahnya.

“Ben. Kau kah itu sayang?? Aku tahu itu kau. Aku sudah merelakanmu Ben. Kau tidak perlu merasa kasihan kepadaku. Kau bisa pergi dengan tenang sekarang. Aku pasti bisa menjaga diriku.” Ucap Mrs. Jenkins dengan air mata berlinang.

Tidak beberapa lama, terdengar sebuah suara bisikan yang berat dan itu adalah suara Ben suaminya.

“aku belum bisa pergi sayang. Masih ada yang harus aku ambil darimu??”

Mrs. Jenkins teringat dengan potongan jari Ben. Dengan terisak, Mrs. Jenkins mengatakan “apakah aku tidak bisa menyimpan jari manismu untukku. Sebagai kenang-kenangan kita”

Ben kembali berbisik. “masalahnya yang kau potong itu, bukan jariku sayang!!!” 

0 komentar:

Posting Komentar

 

The Dreamland Tree Copyright © 2010 | Designed by: compartidisimo