Selasa, 12 Januari 2016

Psikiater

Psikiater



Psikiater adalah cerita menyeramkan tentang pasangan tua yang anaknya adalah seorang ekstrovert dan menolak untuk keluar dari kamarnya. Ketika sang psikiater ingin menolong pasangan ini, ia malah menemukan sebuah kejadian yang sangat mengerikan.
 
 Saya seorang psikiater dan selama karir saya, saya telah berurusan dengan banyak orang yang memiliki masalah yang aneh dan tidak biasa. Namun, satu kasus ini mengganggu saya lebih dari yang lain.

Ada sebuah keluarga yang tinggal di sebelah saya. Anggota keluarga mereka hanya tiga orang. Mereka adalah pasangan yang sudah menikah dan sekarang sudah berumur sekitar 60 tahun dan mereka memiliki seorang putra yang berusia sekitar 30 tahun. Anak itu adalah tipe orang yang di Jepang disebut sebagai "hikikomori". Seseorang yang introvert, penyendiri dan terisolasi. Seseorang yang tidak tertarik dengan kontak sosial.

Kita tidak akan pernah melihat anak itu. Hikikomori biasanya mengunci diri di kamar mereka dan menghindari orang lain. Aku tidak mendengar tentang kondisinya langsung dari orang tuanya. Saya menduga mereka tidak ingin membahas keadaanya. Di Jepang, orang-orang menganggap orang tua yang memiliki anak hikikomori adalah keluarga yang memalukan.

Saat beberapa hari yang lalu, anak mereka seperti anak yang normal, tetapi lama kelamaan ia menjadi jarang keluar rumah. Dan akhirnya, ia tidak pernah keluar rumah sama sekali. Setiap malam, dari pintu kamar tidurnya, suara marah ibunya terdengar dan berteriak padanya agar keluar ia keluar kamar. Setiap kali saya bertemu dengan ibunya, dia tersenyum dan menyapa saya, namun ketegangan terlukis jelas di wajahnya. Semakin hari, ia menjadi pucat dan lemas.

Sudah hampir enam tahun sejak ada orang yang melihat anak itu. Suatu hari, sang ayah mengetuk pintu dan meminta saya untuk datang ke rumahnya. Dia tahu aku seorang psikiater dan karena kita adalah tetangga, saya memutuskan untuk melakukan apa yang saya bisa untuk membantu keluarga itu.

Ketika kami sampai ke pintu depan, sang ibu ada di sana sedang menunggu kami. Dia membawa saya ke lantai atas menuju ke kamar anaknya.

Dia menggedor pintu dengan kepalan tangannya dan berteriak, "Kami datang!"

Karena tak kunjung pintu itu terbuka, kemudian, sang ibu mendobrak pintu itu dan masuk ke dalam ruangan dan menjerit, "Apakah kau akan tidur selamanya? Bangunlah, kau sangat malas untuk melakukan apa-apa! "

Sebelum aku tahu apa yang terjadi, ia meraih sebuah stik golf dan mulai memukuli sosok yang tertidur di bawah selimut. Untuk sesaat, saya tak bisa berkata-kata saat ia melayangkan pukulan demi pukulan. Kemudian, saya langsung bertindak, meraih stik golf itu dan dan melemparnya keluar ruangan.

Aku bergegas kembali untuk memeriksa luka anaknya, tapi ketika aku menarik selimut penutup tempat tidur, aku tidak bisa percaya dengan apa yang mata saya lihat. Yang sedang terbaring di bawah selimut adalah sebuah mayat.

Aku berdiri di sana dengan wajah heran, menatap tumpukan tulang dan kulit tua itu tanpa berkedip.

Sang ayah mendekati saya, kepalanya menunduk karena malu.

"Saya memanggilmu untuk memeriksa istri saya," katanya. "Ini sudah berlangsung selama bertahun-tahun. Aku tidak tahan lagi ... "

0 komentar:

Posting Komentar

 

The Dreamland Tree Copyright © 2010 | Designed by: compartidisimo