Selasa, 12 Januari 2016

Penyakit yang Aneh

Penyakit yang Aneh

Sebuah cerita horror mengenai seorang anak yang terasingkan dari kehidupan. Dia selalu dikurung didalam kamarnya dan tidak diperbolehkan keluar kamar oleh paman dan bibinya karena mereka berkata bahwa ia sakit. Tetapi anak ini tidak merasa bahwa ia sakit. Lalu apa yang dimaksud paman Dan bibinya?



Setiap hari, Tasya duduk di jendela kamar tidurnya dan melihat anak-anak lain bermain di jalan. Dia sedih dan kesepian dan berharap bahwa suatu hari ia bisa bermain dengan mereka.

Ada satu anak lelaki yang menurutnya istimewa. Dia melihatnya setiap hari. Menurutnya, anak lelaki itu adalah hal terindah yang pernah dilihatnya. Hati Tasya berdegup kencang. Dia bermimpi berbicara dengannya atau memegang tangannya. Dia membayangkan dirinya berada dipelukannya. Tasya menginginkannya, walaupun hanya sekali.

Suatu malam, ketika bibinya datang kekamarnya dengan sepiring makanan, Tasya memberanikan diri untuk bertanya.

"Mengapa saya tidak bisa keluar rumah?" Tanya Tasya

"Karena kau sakit," jawab bibinya.

"Tapi aku tidak merasa sakit," kata Tasya.

"Pokoknya kau itu sakit, tutup mulutmu," bibinya menggeram dan bersamaan dengan itu, ia berjalan keluar dan membanting pintu di belakangnya.

Malam itu, pamannya datang ke kamarnya untuk berbicara dengannya.

"Aku mendengar dari bibimu bahwa kamu telah mengajukan pertanyaan itu lagi." katanya marah.

"Maaf, Paman," bisik Tasya.

"Jika kamu terus bertanya, aku akan memukul lagi," kata pamannya serius.

Hari berikutnya, sang bibi dan paman memindahkan Tasya ke sebuah kamar tidur yang berbeda. Jendela kamar itu menghadap ke belakang rumah. Sekarang dia tidak bisa melihat anak-anak lain bermain lagi.

Malam itu, pamannya membawakannya piring makan, ia meletakkannya di atas meja dan duduk di samping Tasya.

"Dengarkan aku, nak," katanya.

"Alasan kami mengurungmu dikamar yang terkunci ini adalah karena kamu buruk rupa. Kamu terlihat mengerikan dan cacat. Seluruh penduduk disini tidak akan menerima sesuatu yang aneh dan mengerikan seperti kamu. Kamu raksasa. Sebuah binatang mutan menjijikkan dan cacat. Selama bertahun-tahun, semua orang yang telah lahir seperti kamu telah dibawa ke gereja dan dibakar. "

"Tapi mengapa ... Mengapa aku begitu jelek?" Tasya merintih. "Aku tidak merasa jelek ..."

"Tidak bisa kah kau melihat dirimu sendiri?" Pamannya meraung.

"Lihatlah tanganmu! Lihatlah mulutmu! Lihatlah matamu! Apakah kamu tidak mengerti bahwa kau hanya membuatku sakit setiap kali aku harus melihatmu? Apakah kamu memahami pengorbanan bibimu yang telah miskin dan aku yang telah menyembunyikan mu di sini bertahun-tahun? Apakah kau tidak menyadarinya? Jika ada yang sampai melihatmu, mereka akan menyerahkan kamu kepada gereja dan kau akan dibakar! Aku akan melakukannya sendiri jika ibumu tidak memohon kepadaku untuk tidak melakukannya. "

Tasya menutup matanya dan menangis.

"Mungkin akan lebih baik jika aku tidak pernah dilahirkan," serunya.

"Mungkin," kata pamannya dan tanpa berkata lain, ia meninggalkan ruangan dan membanting pintu di belakangnya.

Malam itu, ketika bibi dan pamannya sedang tidur, Tasya menggunakan peniti untuk membuka kunci pada pintu kamar tidurnya. Dia merayap keluar dari kamarnya, dan berjinjit menuruni tangga. Dia membuka pintu depan sepelan ia bisa dan menyelinap keluar. Dia tidak tahu kemana dia akan pergi. Semua yang ia tahu adalah bahwa dia harus pergi.

Itu adalah malam yang dingin dan hujan sehingga membuat baju tidur yang Tasya menjadi basah. Dia menggigil dan jalan yang berkerikil menyakiti kaki telanjangnya saat dia berjalan. Dia mencoba bersembunyi dalam bayangan, berusaha untuk menjaga dari pandangan orang-orang.

Saat itu, ia melihat dua pria berdiri di jalan. Mereka mengenakan seragam. Ketika mereka melihat Tasya, mereka berteriak, "Siapa kamu? Berhenti!"

Tasya berlari. Dia bisa mendengar langkah kaki dua pria tadi mengikutinya. Dia melesat ke antara dua rumah dan berlari melintasi kebun belakang. Gaun tidurnya tersangkut di sebatang akar pohon. Dia tidak bisa membebaskan dirinya, sehingga ia melepas gaun tidurnya dan terus berlari.

Dia telanjang sekarang dan waktu itu sangat dingin, tapi ia tahu ia harus terus berlari. Dia berlari dan lampu-lampu di rumah-rumah warga mulai menyala dan orang-orang mulai berteriak.

Ia terus berlari sekuat tenaga hingga ia mendapati dirinya berhadapan dengan seorang pria. Ketika pria itu melihatnya, matanya terbelalak dan berteriak, "Raksasa! Raksasa!"

Tasya berlari ke arah yang berlawanan, memacu langkahnya melalui semak-semak yang mengores kulitnya, sampai dia menemukan dirinya di jalan lagi. Dia sangat lelah, dia tidak bisa berlari lagi dan ambruk di tumpukan tanah.

Orang-orang datang berlari dan mereka berkumpul di sekeliling Tasya, wajah mereka menunjukan raut marah dan jijik. Mereka mulai menendang dan meninjunya, berteriak, "Siapa kamu? Darimana asalmu? Di mana selama ini kau bersembunyi "

Akhirnya, seorang pendeta berjuang menerobos kerumunan yang marah. "Bawa dia ke gereja!" Perintahnya. "Malam ini, kita akan menghukum raksasa ini!"

Orang-orang menyeret Tasya ke gereja dan mengikatnya ke sebuah salib batu yang menggantung di atas altar. Mereka menumpuk kayu di bawah kakinya. Pendeta mulai melantunkan doa-doa dan orang-orang mulai mengikutinya. Sang pendeta mengambil obor menyala dari dinding dan mendekatkannya ke tumpukan kayu.

Tasya menjerit ketakutan. Dia meminta mereka untuk memberi belas kasihan pada dirinya, namun tidak satupun dari mereka mendengarkan permohonannya.

Api semakin besar dan asap mulai berputar-putar di sekelilingnya. Dia merintih dan meronta, berusaha untuk menjauh dari panas dan api, tapi itu tidak ada gunanya. Api terus merambat ke atas. Ketika tubuh telanjang gadis muda itu mulai dilalap api, sang pendeta berbalik dan berkata kepada jemaatnya.

"Mari kita lihat raksasa mengerikan ini!" Teriaknya.

"Lihatlah pada tubuh cacat nya. Lihatlah tangan-tangan cacat itu! Kita semua memiliki tiga jari, tetapi makhluk mengerikan ini memiliki lima jari! Lalu lihat wajah mengerikan yang ia miliki! Dia hanya memiliki dua mata! Kita semua tahu bahwa tuhan kita menciptakan delapan mata untuk tiap diri kita! Dan lihat kembali, hanya satu hidung! Lihatlah mulut menjijikkannya itu! Dengan bibir merah, bukan hijau! Dan gigi-giginya yang kecil itu!"

0 komentar:

Posting Komentar

 

The Dreamland Tree Copyright © 2010 | Designed by: compartidisimo