Selasa, 12 Januari 2016

Robot.. Berbicara

Robot.. Berbicara

Suatu cerita tentang seorang anak yang tidak dapat berbicara walaupun sudah berusia 5 tahun. Ayahnya pun memberikannya sebuah robot yang dapat berbicara sebagai hadiah dengan tujuan sebagai penghibur bagi anaknya. Kau harus menebak dulu arti cerita ini, dan kau akan menyadari ada horor tersembunyi di balik cerita ini.



Aku punya anak yang saya cintai dengan sepenuh hati, tetapi meskipun ia sudah berusia 5 tahun, ia belum dapat berbicara. Saya tidak tahan ketika orang menyebut dia sebagai "orang bodoh". Dia seorang anak yang cerdas, hanya saja dia memiliki masalah.
Ketika ia masih bayi, anak saya menderita penyakit serius. Dia sembuh dari penyakit itu, tapi semenjak itu dia tidak pernah belajar berbicara. Saya dan istri saya membawanya ke beberapa psikolog dan terapis, tapi tak satu pun dari mereka yang mampu membantunya. Mereka mengatakan penyebab masalahnya adalah gangguan pada psikosomatiknya (emosi atau jiwanya) dan akhirnya ia akan terbebas dari itu.
Aku dan istriku menghabiskan banyak waktu dengan anak kami, berbicara dengan dia dan mendorong dia untuk mengulangi beberapa kata setelah kami. Setelah semua yang aku usahakan, ia hanya mampu membuat suara lengkingan bernada tinggi. Terkadang ia akan menjadi sangat frustrasi dan menangis. Semua yang bisa kami lakukan adalah memeluknya dan meyakinkan dia bahwa kami mencintainya.
Suatu hari, aku berada di sebuah toko mainan dan di salah satu rak, sebuah boneka tertangkap mata saya. Itu adalah robot yang dapat berbicara. Aku memutuskan untuk membelinya untuk anak saya sebagai hadiah. Saya berharap itu bisa membantu dia untuk belajar berbicara.
Ketika anak saya membuka kotak dan melihat robot itu, dia sangat gembira. Dia begitu bersemangat, dia memeluk saya dan membuat lengkingan bernada tinggi. Aku menarik sebuah senar di belakang dan menunjukkan bagaimana untuk membuat robot itu dapat berbicara.
Anak saya jatuh cinta dengan mainan itu dan membawanya ke mana pun ia pergi. Saya sering mendengar dia bermain dengan boneka itu di kamar tidurnya, menarik senar dibelakang tubuh robot itu dan membuat robot itu berbicara. Namun, anak saya tidak pernah berbicara sepatah kata pun.
Suatu pagi, anak saya turun untuk sarapan dan aku meletakkan sepiring wafel di depannya.
"Saya tidak suka ... ini," gumamnya.
Selama beberapa detik, aku tidak bisa percaya telinga saya.
"Apa yang kau katakan?" Tanyaku heran.
"Aku bilang ... saya tidak suka ... wafel," ulangnya dengan nada datar yang terdengar bosan.
Aku bergegas dan memeluknya erat-erat. Air mata mengalir di pipi saya.
"Kamu bisa bicara!" Aku berteriak, gembira. "Kamu bisa bicara!"
"Aku bisa ... bicara," kata anakku.
"Bagaimana?" Tanyaku, suaraku berat dan penuh emosi. "Bagaimana ini bisa terjadi?"
Anak saya mengangkat tangannya dan menunjuk ke kamar tidurnya.
"Itu ... robot," katanya terbata-bata. "Robot ... memberi kekuatan kepada saya ...."
Setelah itu, anak saya mulai berbicara setiap hari. Dia mengatakan beberapa kata setiap hari, tetapi selalu dalam monoton yang sama. Aku harus bahagia, tapi aku tidak.
Ada sesuatu yang berbeda tentang dia. Dia tidak menunjukkan emosi apapun lagi. Dia tidak pernah menangis. Dia tidak pernah tersenyum. Dia tidak pernah memelukku. Dia hanya duduk di sana, menatapku.
Ia juga tidak pernah bermain dengan robot itu lagi.
Kemarin, aku mengambilnya dan menarik senarnya.
Suara yang dibuat adalah lengkingan bernada tinggi.
Tidak peduli berapa kali saya tarik senarnya, suaranya masih sama. Suara lengkingan bernada tinggi...
... Sama seperti lengkingan bernada tinggi yang anak saya buat.
Meskipun anak saya tidak bermain dengan robot itu lagi, aku takut untuk membuang robot itu.

0 komentar:

Posting Komentar

 

The Dreamland Tree Copyright © 2010 | Designed by: compartidisimo